Kalau kamu sering scroll TikTok atau baca-baca thread kesehatan di Twitter (eh, maksudnya X), mungkin kamu pernah dengar tentang terapi ozon. Yes, ini salah satu jenis pengobatan alternatif yang katanya bisa bantu atasi berbagai macam penyakit. Tapi tunggu dulu, jangan langsung percaya. Terapi ini masih penuh pro-kontra, lho!
Yuk, kita bahas bareng-bareng, biar kamu nggak ketinggalan tren tapi tetap bisa mikir kritis soal kesehatan.
Jadi, Apa Itu Terapi Ozon?
Terapi ozon adalah jenis pengobatan alternatif yang menggunakan gas ozon (O₃) buat bantu menyembuhkan atau meringankan berbagai masalah kesehatan. Beda sama oksigen biasa (O₂), ozon punya satu atom tambahan. Itu bikin ozon jadi lebih reaktif—dan karena itu, banyak yang bilang efeknya bisa "membasmi penyakit".
Terapi ini biasanya dilakukan dengan cara menyuntikkan ozon ke tubuh, mencampurkannya ke dalam darah, atau bahkan lewat rektum (iya, kamu nggak salah baca—lewat dubur). Kadang juga digunakan buat perawatan luar, kayak untuk luka atau infeksi kulit.
Tapi karena efeknya belum sepenuhnya terbukti secara medis, terapi ozon belum jadi bagian dari pengobatan standar di rumah sakit. Masih masuk kategori alternative treatment.
Ozon Itu Sebenarnya Apa, Sih?
Ozon adalah gas yang secara alami ada di atmosfer. Di atas sana, ozon berperan sebagai pelindung bumi dari sinar ultraviolet (UV) matahari. Tapi, kalau ozon ada di dekat permukaan tanah, dia jadi polutan berbahaya yang bisa ganggu sistem pernapasan.
Nah, ini yang jadi dilema: di satu sisi, ozon bisa jadi pelindung. Di sisi lain, dia juga bisa jadi racun. Makanya, penggunaannya dalam dunia medis masih jadi topik yang cukup kontroversial.
Efek Samping yang Harus Diwaspadai
Namanya juga pengobatan alternatif, pasti ada risikonya. Terapi ozon tidak boleh dilakukan sembarangan. Salah satu efek samping yang paling serius adalah jika gas ozon terhirup. Bisa menyebabkan iritasi paru-paru, sesak napas, sampai gejala mirip asma.
Selain itu, ada juga yang mengalami reaksi Herxheimer setelah menjalani terapi ini—itu semacam respons tubuh ketika banyak racun dilepaskan terlalu cepat. Gejalanya bisa berupa demam, mual, sakit kepala, sampai lemas.
Kalau terapinya dilakukan lewat dubur, ya siap-siap aja merasa kembung, kram, atau ingin kentut terus. Not the most comfortable thing in the world.
Tapi Kok Masih Banyak yang Coba?
Meski belum ada izin resmi sebagai pengobatan medis, tetap banyak orang yang penasaran dan mencobanya. Kenapa?
Karena ada beberapa studi yang menunjukkan hasil cukup menjanjikan. Tapi sekali lagi, beberapa—bukan mayoritas. Berikut ini beberapa klaim manfaat terapi ozon:
1. Untuk Nyeri Punggung Bagian Bawah
Beberapa pasien dengan nyeri punggung bawah akibat saraf terjepit merasa lebih baik setelah disuntik ozon. Katanya sih karena ozon punya efek antiinflamasi alias bisa mengurangi peradangan.
Kalau disandingkan dengan terapi fisik, hasilnya bisa lebih maksimal. Tapi ingat ya, ini bukan solusi ajaib yang bisa menyembuhkan semua kasus.
2. Terapi untuk Kanker dan Tumor
Di laboratorium (catet: di lab, bukan langsung di manusia), ozon dengan konsentrasi tertentu bisa menghambat pertumbuhan sel kanker. Ada juga yang bilang ozon bantu sistem imun buat lawan sel kanker.
Tapi ini belum bisa dijadikan dasar buat pengobatan kanker. Dokter onkologi tidak akan merekomendasikan terapi ozon sebagai pengganti kemoterapi, misalnya. Bisa bahaya banget kalau sampai salah langkah.
3. Penyembuhan Luka Diabetes
Buat penderita diabetes, luka yang sulit sembuh itu jadi masalah besar. Terapi ozon disebut-sebut bisa bantu mempercepat penyembuhan karena ozon bisa membunuh bakteri dan meningkatkan oksigenasi di jaringan tubuh.
Kedengarannya keren ya? Tapi ya lagi-lagi, masih perlu banyak riset buat benar-benar membuktikan efektivitasnya secara klinis.
4. Perawatan Gigi
Dalam dunia kedokteran gigi, ozon dipakai buat bantu membasmi bakteri di gigi berlubang, plak, atau infeksi akar gigi. Terapi ini dianggap cukup efektif karena ozon bisa masuk ke area kecil yang nggak bisa dijangkau sikat gigi biasa.
Jadi, buat kamu yang takut bor gigi, terapi ozon kadang jadi alternatif. Tapi tentu harus tetap lewat klinik yang punya izin dan tenaga ahli.
5. Pengobatan Penyakit SARS
Selama pandemi, beberapa kalangan juga sempat menyebut terapi ozon sebagai opsi pengobatan tambahan untuk SARS atau bahkan COVID-19. Ada yang bilang ozon bisa membunuh virus lebih cepat dibanding antivirus biasa.
Tapi semua itu masih dalam tahap hipotesis. Jangan sampai kamu menjadikan terapi ozon sebagai satu-satunya solusi tanpa konfirmasi dari dokter.
Jadi, Worth It Nggak?
Jawabannya: tergantung. Kalau kamu lagi desperate nyari alternatif untuk penyakit kronis yang belum membaik, terapi ozon bisa jadi opsi—tapi jangan dijadikan pilihan utama. Konsultasi dulu ke dokter, terutama kalau kamu punya kondisi medis tertentu.
Selain itu, pastikan terapi dilakukan di tempat yang legal dan tenaga medisnya punya izin resmi. Jangan mau coba-coba terapi ozon di tempat abal-abal cuma karena tergoda harga murah atau testimoni bombastis di medsos.
Kesimpulan Buat Kamu yang Masih Bingung
-
Terapi ozon adalah pengobatan alternatif yang menggunakan gas ozon buat bantu penyembuhan penyakit.
-
Efeknya masih kontroversial dan belum diakui secara resmi dalam dunia medis.
-
Ada beberapa klaim manfaat, mulai dari nyeri punggung, luka diabetes, sampai infeksi gigi.
-
Tapi ada juga risiko dan efek samping serius, terutama jika dilakukan sembarangan.
-
Selalu utamakan logika dan konsultasi ke dokter sebelum ambil keputusan.
Intinya sih, jangan langsung percaya kalau ada yang bilang "terapi ini bisa nyembuhin semuanya!" Dunia kesehatan nggak sesimpel itu, bro. Yang penting kamu tetap kritis, melek info, dan tahu mana yang fakta dan mana yang cuma tren sesaat.
Stay smart, stay healthy!