Yes! Dapat Tanda Tangannya Tere Liye


Tere Liye menulis sesuatu di dinding facebooknya. 
Insya Allah saya akan menghadiri acara seminar tentang remaja/pemuda di Pekan Gebyar Silampari yang diadakan oleh Ikatan Keluarga Mahasiswa Silampari (IKMS) Lubuk Linggau.
Tere Liye saat mengisi materi seminar di Lubuklinggau

Mas langsung galau. Mau datang nggak ya? Pengen datang, tapi kok nggak punya temen. Eh, begini maksudnya. Kalau teman sih sebenarnya Mas punya banyak. Sangat banyak sekali. Tapi, teman yang mau diajakin untuk ikut ke acara seperti ini ya susah. 

Dan lagi, tema seminar kali ini adalah seputar remaja. Mengingat Mas yang sudah tidak remaja lagi. Atau sebut aja masih remaja, namun sudah menjelang berakhir. Ya, begitu lah. Mas nggak perlu nyebutin umur Mas berapa kan? 

Tik tok tik tok tik tok

Dalam kondisi segalau itu, Mas mencoba untuk memutar otak. Bagaimana cara mengajak teman tanpa terkesan memaksanya untuk ikut? Ini terasa amat susah buat Mas. Terlebih, karena acara ini berbayar. Ada 4 jenis tiket. Yang paling mahal tiket Platinum yang dibandrolin 65k. Terhitung sangat mahal untuk ukuran kantong Mas, dan mungkin juga kantong kamu, Dek. Karena ya, paham lah, kadang Mas juga beli kuota nggak sampai seharga itu. 

Tiket kedua, Gold harganya 55k. Di belakangnya ada tiket Silver denga harga 45k. Mas, ambil yang paling akhir seharga 35k. Posisinya paling belakang. Tapi untungnya Mas duduk nggak di belakang-belakang banget sih.

Mas mulai ngePING satu temen Mas di BBM, seorang cewek lulusan Universitas Bengkulu dari MIPA. Nggak sulit ngebujuk cewek ini, karena pada dasarnya sejak dulu katanya dia emang seneng ikut seminar. Nah, kabar bagusnya dia mau ngajak temen yang Mas juga kenal tentunya. Sehingga sudah dapat teman kan? 

Kendalanya Mas suka malu kalau pergi bareng cewek-cewek, entah kenapa. Jadi Mas memutuskan untuk mencari teman cowok biar kalau ngobrol atau pas godain temen Mas yang cewek ini, ketika Mas bengong kan ada yang bantuin ngobrol. Terlalu konyol ya.

Gak deng, sebenarnya gini. Mencari teman untuk diajak nonton organ tunggal jauh lebih mudah dibandingkan nyari teman untuk ikut seminar. Yakin. Kesadaran anak muda di daerah Mas masih seperti itu, Dek. Apalagi kalau cowok.

Malam hari, Mas nemuin temen sekampus yang sebenarnya nggak terlalu kenal. Cowok. Statusnya dahsyat. Pakai kata-kata yang bagus kalau menurut Mas. Mas juga pernah baca statusnya yang dibubuhi hastag #TereLiye. Dari sini Mas yakin, ini pasti penggemar Tere Liye. Pasti mau nih diajak. 

Ternyata emang iya. Dan mudah sekali mengajaknya. Mas tentu saja sudah senang dong?  Namun satu hari menjelang acara, temen Mas ini membatalkan janji gegara mau ikut turnamen Volly. Walah. Mas muter otak lagi jadinya. 

Mas mulai mikir siapa teman cowok yang bisa diajak ke acara ini? Dimulai dari teman SMP, SMA, dan semua teman yang ada di Grup WhatsApp dan BBM, semuanya tidak memberikan pencerahan. Hingga akhirnya Mas kepikiran untuk mengakali  teman Mas yang akhirnya berhasil Mas ajak ke seminarnya Tere Liye. 


"Ada acara seminar nih, tanggal sekian. Ikut yuk! Kabarnya dapat sertifikat. Kan lumayan bisa buat nambahin lampiran kalau ngelamar kerja." Mas bilang begitu ke temen Mas. Dan untungnya, temen Mas ini anaknya polos, ya jadi oke-oke aja. 

Akal bulus itu Mas dapetin setelah dapat kabar, konon sertifikat yang kita miliki dapat dijadikan bahan pertimbangan saat kita melamar kerja.

Begini, Dek. Sebagai seorang fresh graduated, walau udah nggak fresh-fresh banget sih, satu kendala yang paling sering dialami orang-orang di zona ini adalah kegalauan untuk mencari kerja. Rasanya seperti apa? Kalau kamu sudah mulai puber, pasti kamu paham bagaimana rasa galaunya pengen punya pacar namun belum kunjung dapat. Nah, seperti itulah kaum fresh graduated, kami pengen sekali mendapatkan pekerjaan yang kami impikan, namun belum kunjung mendapatkannya. Sampai di sini paham kan apa yang Mas maksudkan?


Kalau Mas sih, niatnya ya pengen ketemu Tere Liye. Itu aja. Pengen punya tanda tangan di bukunya juga sih. Dan pengen foto bareng. Ya kali.... 

Saat hari H tiba. Pada waktu itu di Gedung Pemda, buat yang pengen tahu, gambarnya seperti ini.

Kantor Pemda Musi Rawas
Mas dikejutkan oleh dua hal. Pertama, waktu Mas masih berada di lapangan parkir, mayoritas yang terlihat berseliweran adalah perempuan. Mereka malah asik nongkrong di pinggiran lapangan. Sebagian malah ada yang mengabadikan diri. Biasalah anak muda, Mas juga mafhum. 
Tanpa menunggu waktu lama, Mas berempat sama teman Mas langsung nyodorin tiket untuk masuk. Mas juga sempat daftarin diri untuk ngedapetin tandatangannya Tere Liye.  

Kedua, yang bikin Mas kaget selain didominasi oleh kaum hawa. Peserta seminar juga rata-rata anak SMA, Dek. Kamu bayangin aja lah, Mas lulus SMA juga udah sejak tahun kapan. Ini malah ikut gabung di anak-anak SMA. Walau acaranya sebetulnya buat umum juga sih. Tapi di bangku paling belakang itu, kami berempat jadi berasa muda lagi. Eh salah, berasa tua sekali. 

Ada dua pemateri. 
1. Dari Presiden BEM Universitas Driwijaya
Dalam hal ini ngebahas tentang bagaimana caranya supaya bisa masuk PTN. Memperkenalkan kampus UNSRI seperti apa, beserta beasiswa apa saja yang dapat diambil mahasiswa, juga organisasi kampus yang ada di dalamnya. 

Sangat menarik untuk disimak adek-adek yang mau melanjutkan kuliah. Bahkan ada sesi di mana Prema ini memperkenalkan setiap fakultas yang ada di UNSRI dengan berorasi. Misal, ketika memperkenalkan fakultas Teknik, Presma memekik: "Hayo, siapa di sini yang pengen masuk Teknik Informatika?" 

Banyak adek-adek gemes yang ngacung. 

Kemudian pas ngejelasin fakultas hukum, dia memekik lagi, "Siapa yang ambil Hukum?" 

Beberapa adek gemes pun ngacung. Lalu Presma yang ngisi materi ini nyeletuk, "Jangan mau. Serius saya bilang. Jangan mau masuk Hukum. Karena nanti ujung-ujungnya kamu bakalan jadi pelawak."

Mas bengong, Dek. Semua orang juga bengong. Ternyata benar. Ada alumni UNSRI jurusan Hukum yang jadi pelawak maju. Kemudian malu-maluin dirinya sendiri dengan Stand Up Comedy. 

Mas melompong sambil ngangguk-ngangguk. Oalah.... 

Pemateri kedua Tere Liye. Ini yang paling ditungguin banget. Tere Liye orangnya putih sekali, Dek. Serius. Dan Tere Liye ternyata susah diajakin berfoto. Terbukti omongan beberapa desas desus tentang kabar ini. Karena setelah pengisian materi, Tere Liye langsung menarik diri.  Lihat aja di atas itu, Mas cuma bisa ngambil fotonya secara candid, dan Mas ngerasa kalau foto candid itu adalah candid paling gagal. Tapi itu mending, dibanding yang lain, bang Tere Liye-nya noleh ke belakang. Hedeh. 

Sayangnya Mas gagal menerima informasi tentang buku terbarunya Tere Liye yang Hujan. Tapi setidaknya, Mas mendapatkan tiga hal.

  • Sertifikat, yang ditandatangani langsung oleh bapak Walikota Lubuk Linggau. Bapak SN Prana Putra Sohe. 
  • Ilmu yang bermanfaat. Kapan-kapan Mas bagikan. 
  • Tanda tangan Tere Liye

A photo posted by Hadi Kurniawan (@hadikurz) on
Hadi

Halo, saya Hadi. Terimakasih telah berkunjung ke blog ini. Jangan lupa tinggalkan jejak, agar saya dapat mengunjungimu balik.

13 Komentar

Saya menghargai setiap komentar yang kamu berikan. Maka jangan pernah sungkan untuk meninggalkan komentarmu. Untuk kepentingan bisnis, silakan hubungi saya via email di wawantjara@gmail.com

Salam!

Lebih baru Lebih lama