Salah satu tantangan klasik dalam mengajarkan membaca kepada anak-anak, terutama di usia awal sekolah dasar, adalah membedakan huruf b dan d. Banyak anak yang mengalami kesulitan karena bentuk kedua huruf ini memang mirip—seperti cermin yang saling berhadapan. Sebagai guru SD, saya sering menemui murid kelas 1–3 yang bingung dan tertukar antara dua huruf ini. Tapi tenang, sebenarnya ada cara-cara sederhana yang bisa membantu anak mengingat perbedaannya dengan cepat dan menyenangkan.
Kenapa Anak Sering Bingung Huruf b dan d?
Sebelum masuk ke metode pengajaran, mari kita pahami dulu alasannya. Huruf b dan d termasuk dalam kategori huruf yang memiliki bentuk simetris jika dicerminkan. Untuk anak-anak yang baru belajar membaca dan menulis, otak mereka masih mengembangkan kemampuan visual-spasial, sehingga bentuk seperti ini bisa sangat membingungkan. Apalagi jika anak belajar dengan cepat dan belum mendapat cukup latihan dalam membedakan arah kanan dan kiri.
Sebagian anak juga memiliki kecenderungan untuk melihat huruf secara global, bukan detail. Jadi huruf b dan d hanya terlihat seperti "tongkat dan lingkaran", tapi tidak disadari letaknya di mana.
Lalu, bagaimana kita bisa membantu mereka?
1. Gunakan Metode “Becak dan Domba”
Metode ini sederhana tapi sangat efektif, terutama untuk anak-anak yang suka belajar dengan cerita dan gerakan. Ceritanya seperti ini:
Huruf b itu seperti becak
-
Bayangkan anak-anak sedang memanggil abang becak.
-
Saat memanggil abang becak, biasanya kita melambai pakai tangan kanan.
-
Bentuk tangan kanan yang diluruskan dan jempol ditekuk bisa menyerupai huruf b.
-
Arah melambai ke kanan (arah menulis b) = setengah lingkaran ada di kanan batang.
Huruf d itu seperti domba
-
Kalau mau memanggil domba, bayangkan kita melambai dengan tangan kiri.
-
Sama, bentuk tangan kiri yang ditekuk bisa menyerupai huruf d.
-
Arah melambai ke kiri (arah menulis d) = setengah lingkaran ada di kiri batang.
Gerakan tangan ini membantu anak mengasosiasikan arah huruf dengan sisi tubuh mereka. Kombinasi antara visual (bentuk tangan), motorik (gerakan melambai), dan cerita (becak-domba) akan memperkuat ingatan mereka.
2. Teknik “bed” dengan Tangan
Ini teknik klasik dari pengajaran fonik berbahasa Inggris, tapi bisa juga diterapkan di Indonesia.
-
Bentangkan kedua tangan ke depan.
-
Buat bentuk huruf “b” dengan tangan kiri (jempol ke dalam, jari lainnya lurus).
-
Buat bentuk huruf “d” dengan tangan kanan (dengan posisi yang sama).
-
Gabungkan dua tangan, maka akan membentuk huruf “b-e-d”.
Kata bed (tempat tidur) ini memiliki bentuk seperti: b (papan kepala), e (kasur), dan d (papan kaki). Anak-anak bisa mengingat bahwa huruf b ada di kiri dan d di kanan, seperti posisi tidur.
3. Gunakan Objek yang Familiar: Pizza dan Bola
Anak-anak sangat menyukai hal-hal yang dekat dengan keseharian mereka. Salah satu contohnya: Pizza Hut atau bola.
-
Huruf b bisa diibaratkan seperti huruf pertama dari kata bola atau becak.
-
Bentuknya seperti tongkat lalu lingkaran ke kanan.
-
Huruf d bisa diasosiasikan dengan kata donat atau domba, bentuknya tongkat lalu lingkaran ke kiri.
Kalau anak kesulitan, tanyakan: “Kalau kamu tulis huruf ‘b’ dari kata ‘bola’, lingkarannya di kanan atau kiri?” Lama-lama mereka akan paham arahannya.
4. Latihan Menulis dengan Cerita
Latihan menulis juga sebaiknya tidak dilakukan secara kaku. Coba pakai cerita singkat seperti:
-
“Si becak datang dari arah kanan, dia punya roda di sebelah kanannya.”
-
“Si domba datang dari kiri, badannya bulat dulu baru kepalanya.”
Setiap huruf bisa diberi karakter. Buat mereka hidup! Anak-anak akan lebih mudah mengingat karakter dibanding bentuk geometris kaku.
5. Permainan: Tebak Huruf dengan Badan
Ajak anak bermain menjadi huruf. Misalnya:
-
Satu anak berdiri tegak (batang huruf), satu lagi duduk di kanan (lingkaran huruf b).
-
Lalu ganti posisi: batang tetap, tapi anak satunya duduk di kiri (lingkaran huruf d).
Ini permainan yang menyenangkan saat belajar kelompok. Selain mengajarkan bentuk, juga melibatkan aktivitas fisik yang membantu memori jangka panjang.
6. Flashcard dengan Warna Berbeda
Buat dua jenis kartu huruf: b dengan warna biru, dan d dengan warna merah, misalnya. Warna bisa jadi sinyal visual tambahan yang memperkuat perbedaan antara keduanya.
Ajak anak bermain mencari kartu, atau mengurutkan kata sederhana seperti “bad”, “bed”, “dib”, dan sebagainya.
7. Konsistensi dan Ulangan Ringan
Meski sudah tahu metodenya, anak tetap butuh pengulangan berkala. Cukup 5–10 menit sehari, misalnya sebelum pelajaran dimulai atau saat istirahat.
Berikan pujian kecil setiap kali mereka berhasil membedakan. Jangan dimarahi kalau keliru, karena otak mereka sedang belajar membangun jalur visual baru. Yang penting konsisten dan sabar.
Penutup: Belajar Itu Menyenangkan
Mengajarkan perbedaan huruf b dan d sebenarnya tidak harus menjadi pengalaman yang membingungkan dan melelahkan bagi anak-anak. Dengan pendekatan yang menyenangkan, penuh gerakan, cerita, dan objek keseharian, mereka akan lebih mudah memahami.
Sebagai guru atau orang tua, kita perlu kreatif dan sabar. Kadang butuh beberapa minggu sampai anak-anak benar-benar paham, tapi dengan metode seperti becak-domba, tangan “bed”, dan latihan bermain peran, proses belajarnya justru bisa jadi momen menyenangkan.
Selamat mencoba, Bapak/Ibu! Semoga anak-anak makin lancar membaca dan makin percaya diri belajar huruf. Karena dari huruf kecil inilah, anak-anak akan mulai membuka jendela dunia.